Senin, 11 Juni 2012

Kegiatan Peziarah di Pesarean Gunung Kawi


Kali ini mari kita bahas wisata yang cukup unik. Biasanya wisata identik dengan bersenang-senang, tetapi kali ini berbeda. Wisata Ritual Gunung Kawi ini menjadi objek wisata yang cukup diminati. Pesarean Gunung Kawi tentunya sudah tidak asing lagi di telinga khususnya untuk orang Jawa .  Kehadiran pengunjung di wisata ritual Gunung Kawi itu, tentu saja bukan karena semata-mata faktor keasrian, keindahan dan kenyamanan objek wisata ritual tersebut, melainkan karena ada daya tarik metafisis dari pancaran aura suci dua tokoh besar yang telah berjasa dalam memperjuangkan negara dan agama Islam. Pesarean Gunung Kawi merupakan tempat sakral yang terdapat dua makam tokoh yang disegani oleh penduduk setempat Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan Radeng Mas Imam Sujono.


Dari keunikan ini saya tertarik untuk melakukan penelitian. Untuk memperoleh data dari penelitian ini saya menggunakan observasi dan wawancara. Subjek saya kali ini adalah seorang bapak berusia paruhbaya bernama Pak Didit. Beliau berasal dari Surabaya yang kini menetap di Jakarta. Tetapi Pak Didit tidak datang sendirian, melainkan datang bersama dengan saudara dan kerabatnya yang berasal dari Kediri. Beliau bercerita bahwa sejak beliau masih muda sudah sering datang ke pesarean ini. Jika ada kesempatan beliau pasti akan menyempatkan waktu untuk datang ke pesarean ini.
 
 Konon dengan berziarah ke makam Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan raden Mas Imam Sujono yang terletak di Gunung Kawi ini, dipercaya oleh kebanyakan pejiarah dapat mendatangkan keberuntungan. Juga kawasan ini telah ramai sejak tahun 1960-an, sehingga tidak mengherankan jika kawasan ini telah berkembang menjadi salah satuobjek wisata ziarah yang terkenal di Indonesia. Tempat pesarean sakral ini sangat ramai oleh pengunjung yang tidak hanya didominasi oleh orang tua saja yang suka berziarah, namun dari kalangan anak muda pun juga banyak yang mengunjungi tempat ini. Latar belakang ekonomi dan budaya yang berbeda melebur menjadi satu d tempat ini. Namun dari yang terlihat beberapa pengunjung melakukan hal yang sama seperti istilah ritual, dan itu dilakukan dengan cara yang sama pula. Seperti sudah ada alur atau tahap-tahap untuk melakukan do’a di pesarean ini. Apalagi kawasan ini akan sangat ramai oleh peziarah pada saat hari Kamis malam Jum’at legi yang bertambah berlipat ganda dari hari biasa. 

 Di tempat ini selalu diadakan upacara ritual hari wafatnya Mbah Djoego menjelang hari Senen Pahing dan juga pada menjelang hari Jum’at Legi, hari yang dipandang keramat oleh masyarakat Jawa Timur. Tanggal wafatnya adalah 12 Sura dan menurut kalender Saka (Jawa/Aboge) ziarahnya dilakukan pada sore hari sebelumnya pada pukul 16.00 sedangkan selamatannya pada pukul 19.00. Tahun wafatnya adalah 1876. Seperti layaknya berziarah pada umumnya, untuk masuk ke pesarean hanya perlu membawa bunga sesaji dan menyelipkan uang seikhlasnya.


Tujuan para pengunjung yang datang ke pesarean ini sangatlah beragam. Ada yang hanya sekedar berwisata menikmati keindahan dan keunikan dari pesarean, ada yang ingin datang untuk mendoakan leluhur, ada yang sengaja datang untuk melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul. Pak Didit selaku subjek dari penelitian menjelaskan bahwa tujuan utama datang ke pesarean adalah untuk mendoakan leluhur Mbah Jugo dan Mbah Sujono. Selain itu Pak Didit juga berdo’a untuk diri sendiri meminta kesehatan, rezeki, dan usaha lancar. Beliau juga menegaskan jika hanya datang sekali ke pesarean sepertinya cukup sulit untuk terkabulkan karena kurang ada keyakinan. Jadi sebaiknya datang lagi jika ada kesempatan agar do’a yang dipanjatkan bisa terkabul.

Dari hasil penelitian saya mencoba  mengaitkan dengan teori behaviour. Dalam teori belajar behavioris sering disebut S-R psikologis, artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Seperti yang terjadi di Pesarean Gunung Kawi ini, bahwa pengunjung yang berziarah ke makam Mbah Jugo dan Mbah Sujono memiliki penguatan berupa kegiatan rutin datang ke pesarean pada waktu-waktu tertentu yang telah menjadi kebiasaan dari peziarah. Seperti yang dilakukan oleh Pak Didit, yang sudah sejak lama datang berziarah ke makan Mbah Jugo dan Mbah Sujono. Pak Didit melakukan kegiatan tersebut secara berulang karena dari stimulus berdo’a dipesarean dengan membawa bunga sesaji dan uang seihlasnya mendapatkan respon positif berupa do’a yang telah dikabulkan.
Demikian hasil observasi yang saya lakukan, dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca yang bersedia mampir ke blog ini.

SELAMAT MEMBACA ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar