Kali ini mari kita bahas wisata yang
cukup unik. Biasanya wisata identik dengan bersenang-senang, tetapi kali ini
berbeda. Wisata Ritual Gunung Kawi ini menjadi objek wisata yang cukup
diminati. Pesarean Gunung Kawi tentunya sudah tidak asing lagi di telinga
khususnya untuk orang Jawa . Kehadiran pengunjung di wisata ritual Gunung
Kawi itu, tentu saja bukan karena semata-mata faktor keasrian, keindahan dan
kenyamanan objek wisata ritual tersebut, melainkan karena ada daya tarik
metafisis dari pancaran aura suci dua tokoh besar yang telah berjasa dalam
memperjuangkan negara dan agama Islam. Pesarean Gunung Kawi merupakan tempat
sakral yang terdapat dua makam tokoh yang disegani oleh penduduk setempat
Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan Radeng Mas Imam Sujono.
Dari keunikan ini saya tertarik untuk
melakukan penelitian. Untuk memperoleh data dari penelitian ini saya
menggunakan observasi dan wawancara. Subjek saya kali ini adalah seorang bapak
berusia paruhbaya bernama Pak Didit. Beliau berasal dari Surabaya yang kini
menetap di Jakarta. Tetapi Pak Didit tidak datang sendirian, melainkan datang
bersama dengan saudara dan kerabatnya yang berasal dari Kediri. Beliau
bercerita bahwa sejak beliau masih muda sudah sering datang ke pesarean ini.
Jika ada kesempatan beliau pasti akan menyempatkan waktu untuk datang ke
pesarean ini.
Konon dengan berziarah ke makam
Eyang Raden Mas Kyai Zakaria dan raden Mas Imam Sujono yang terletak di Gunung
Kawi ini, dipercaya oleh kebanyakan pejiarah dapat mendatangkan keberuntungan. Juga kawasan
ini telah ramai sejak tahun 1960-an, sehingga tidak
mengherankan jika kawasan ini telah berkembang menjadi salah satuobjek
wisata ziarah yang terkenal di Indonesia. Tempat pesarean sakral ini sangat
ramai oleh pengunjung yang tidak hanya didominasi oleh orang tua saja yang suka
berziarah, namun dari kalangan anak muda pun juga banyak yang mengunjungi
tempat ini. Latar belakang ekonomi dan budaya yang berbeda melebur menjadi satu
d tempat ini. Namun dari yang terlihat beberapa pengunjung melakukan hal yang
sama seperti istilah ritual, dan itu dilakukan dengan cara yang sama pula. Seperti
sudah ada alur atau tahap-tahap untuk melakukan do’a di pesarean ini. Apalagi kawasan ini
akan sangat ramai oleh peziarah pada saat hari Kamis malam Jum’at legi yang bertambah berlipat ganda dari hari
biasa.
Di
tempat ini selalu diadakan upacara ritual hari wafatnya Mbah Djoego menjelang
hari Senen Pahing dan juga pada menjelang hari Jum’at Legi, hari yang dipandang
keramat oleh masyarakat Jawa Timur. Tanggal wafatnya adalah 12 Sura dan menurut
kalender Saka (Jawa/Aboge) ziarahnya dilakukan pada sore hari sebelumnya pada
pukul 16.00 sedangkan selamatannya pada pukul 19.00. Tahun wafatnya adalah
1876. Seperti layaknya berziarah pada umumnya, untuk masuk ke pesarean hanya
perlu membawa bunga sesaji dan menyelipkan uang seikhlasnya.
Tujuan
para pengunjung yang datang ke pesarean ini sangatlah beragam. Ada yang hanya
sekedar berwisata menikmati keindahan dan keunikan dari pesarean, ada yang
ingin datang untuk mendoakan leluhur, ada yang sengaja datang untuk melakukan
penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk
memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul. Pak Didit selaku subjek dari
penelitian menjelaskan bahwa tujuan utama datang ke pesarean adalah untuk
mendoakan leluhur Mbah Jugo dan Mbah Sujono. Selain itu Pak Didit juga berdo’a
untuk diri sendiri meminta kesehatan, rezeki, dan usaha lancar. Beliau juga
menegaskan jika hanya datang sekali ke pesarean sepertinya cukup sulit untuk
terkabulkan karena kurang ada keyakinan. Jadi sebaiknya datang lagi jika ada
kesempatan agar do’a yang dipanjatkan bisa terkabul.
Dari
hasil penelitian saya mencoba mengaitkan
dengan teori behaviour. Dalam teori belajar behavioris sering disebut S-R
psikologis, artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Seperti yang terjadi
di Pesarean Gunung Kawi ini, bahwa pengunjung yang berziarah ke makam Mbah Jugo dan Mbah Sujono
memiliki penguatan berupa kegiatan rutin datang ke pesarean pada waktu-waktu
tertentu yang telah menjadi kebiasaan dari peziarah. Seperti yang dilakukan
oleh Pak Didit, yang sudah sejak lama datang berziarah ke makan Mbah Jugo dan
Mbah Sujono. Pak Didit melakukan kegiatan tersebut secara berulang karena dari
stimulus berdo’a dipesarean dengan membawa bunga sesaji dan uang seihlasnya
mendapatkan respon positif berupa do’a yang telah dikabulkan.
Demikian hasil observasi yang saya
lakukan, dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca yang bersedia mampir ke
blog ini.
SELAMAT
MEMBACA ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar